Senin, 29 Oktober 2012

How to evaluate printed matter

Kontroversial tentang pembuatan "standard color range" (SCR) dari percetakan kepada pelanggan menjadi topik pembicaraan akhir-akhir ini; ATGMI menyoroti bahwa metode pembuatan SCR tidak bisa atau sulit untuk dimasukan dalam SOP pembuatan proofing, dengan demikian sangat sulit untuk dapat menjawab pertanyaan "berapa kali SCR layaknya dibuat ulang?, agar pelanggan puas"...
Dalam rangka sosialisasi penerapan standardisasi di industri grafika, pada hari Kamis tanggal 25 Oktober 2012 Badan Standardisasi Nasional (BSN) bersama ATGMI menyelenggarakan seminar untuk "print buyer" dengan tema "How to evaluate printed matter". Seminar sehari ini dibuka oleh Deputi Bidang Penelitian dan Kerjasama Standardisasi BSN Mr. TAR Hanafiah dan didukung oleh nara sumber pakar Mr. Herman Pratomo, Mr. Clay Wala, Mr. Yan Wei Phin dari Malaysia dan Mr. Pongtorn Juntarawatt dari Thailand....

4 nara sumber dalam seminar sehari
Peralatan demo soft proofing sesuai ISO 12646






Seminar sehari ini membahas tentang beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan, yaitu antara lain:
  1. Penggunaan alat ukur akan sangat membantu dalam hal menilai warna hasil cetakan, meskipun banyak fenomena yang menjelaskan bahwa banyak hal dapat mempengaruhi penilaian dan pengamatan secara visual, karena mata manusia bisa dikelabui oleh kondisi yang ada.
  2. ATGMI merekomendasikan alur kerja persiapan cetak dengan pembuatan "digital color proofing" (DCP) yang terkendali (color managed); DCP ini dapat membantu para print buyersmembuat prakiraan atas hasil proses cetak yang akan dilakukan. Bagi percetakan peralatan DCP adalah mutlak untuk dimiliki dan dikelola dengan benar, dengan demikian banyak keluhan yang tidak berdasar dapat dihindari.
  3. Pembuatan "Standard Color Range" (SCR) tidak efektif dan tidak memberikan manfaat yang jelas; penggunaan SCR menjadi pemborosan apabila metode pembuatan SCR tidak dapat distandarkan. ATGMI menekankan standardisasi proses cetak sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh fabrikan mesin cetak.
  4. Selain pengukuran-pengukuran (warna, daya kilau) yang dapat dilakukan, ATGMI memberikan informasi faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan oleh para pelanggan percetakan. Kesalahan-kesalahan pencetakan diberikan gambarannya secara singkat, dan faktor-faktor kesalahan inilah yang dapat melengkapi suatu sistem penilaian yang obyektif (objective scoring system).

Adapun rekomendasi ATGMI untuk alur kerja pencetakan adalah:

  1. Contoh <print-out> dari designer
  2. Percetakan <prepress/design> membuat <digital color proof / dcp according to ISO 12647-7>
  3. <dcp> di approved
  4. Percetakan <press> mencetak dan deliver <hasil cetak / ok sheet>
  5. Visual check --> <ok sheet> = <dcp> 



Secara keseluruhan acara ini cukup mendapat respon positif dari para peserta, untuk itu BSN dan ATGMI merencanakan mengadakan seminar serupa 3 bulan mendatang....