Sabtu, 05 Februari 2011

Peta menuju PSO/ISO 12647-2 – Mengenal & Menentukan Density Optimal


Standar ISO 12647-2 telah memudahkan proses pengontrolan dalam manajemen produksi cetak, minimal bagian digital color proofing dan bagian cetak sudah tidak perlu saling bolak balik saling menyalahkan satu dengan yang lain; karena kedua bagian ini sama-sama dituntut untuk menghasilkan hasil yang sesuai dengan ISO 12647-2 tersebut. Paling-paling plate making yang masih sering bercengkerama dengan bagian cetak karena hasil TVI yang masih belum lulus ISO 12647-2.
Yang perlu dan dapat dilakukan oleh seorang operator cetak adalah menentukan kepekatan warna tinta standar.
Jadi apa yang masih kurang?......

Dalam melakukan konsultasi di ruang cetak, sering saya melihat tulisan terpampang besar-besar seperti: 

STANDAR DENSITY CETAK:
CYAN
1,40  ± 0,05
MAGENTA
1,45  ± 0,05
YELLOW
1,00  ± 0,05
BLACK
1,75  ± 0,05


Daftar tersebut diatas adalah daftar nilai Density yang dipergunakan sebagai acuan pada saat operator mencetak dan semua beranggapan bahwa nilai-nilai density yang diberikan oleh pabrik tinta dapat dipakai “begitu saja” pada saat mencetak. Tetapi beberapa diantaranya ternyata masih mengalami kesulitan dalam mencocokan hasil cetaknya dengan nilai standar warna (solid) yang ditargetkan dalam ISO 12647-2, meskipun baik tinta (sesuai dengan ISO 2846-1) maupun materi cetak telah memenuhi standar.
Hal ini perlu dipahami bahwa masih banyak parameter cetak yang mempengaruhi perbedaan warna tersebut (terlepas dari persyaratan pencapaian TVI dan Spread). Penyetelan warna yang sederhana ini sering kali menimbulkan problem, seperti:
  • Meskipun nilai density sudah diikuti, namun warna CIEL*a*b* masih belum sesuai target warna
  • Dan apabila operator sudah mendapatkan nilai CIEL*a*b* dan diteruskan dengan pencetakan, pada saat cetakan kering, warna berubah kembali
Jadi penggunaan Density standar yang direkomendasikan oleh pabrik tinta ternyata masih belum dapat dipergunakan dalam prakteknya.

Density Optimal
Oleh karena problematik yang sering terjadi seperti diatas, maka percetakan sebaiknya menetapkan standar kepekatan tinta yang paling optimal, sehingga dapai dicapai target warna yang sesuai (ΔEab yang terendah).
Jadi Density Optimal adalah nilai kepekatan warna tinta pada proses pencetakan yang dipergunakan untuk mencapai perbedaan warna paling minimal.

Menentukan Density Optimal
Sesuai standar ISO 12647-2, perbedaan warna primer yang masih dapat ditoleransi adalah ΔEab lebih kecil sama dengan 5.
Dari kepentingan-kepentingan yang ada perlu kita ketahui bahwa kita membutuhkan nilai kepekatan warna tinta sewaktu pencetakan dilaksanakan (dalam kondisi basah), karena operator cetak akan mempergunakan nilai tersebut sebagai acuan cetak; sebaliknya nilai warna CIEL*a*b* kita butuhkan sewaktu tinta yang tercetak sudah kering, karena inilah yang dibutuhkan untuk evaluasi visual oleh pelanggan.

Untuk itu mulailah mencetak dengan variasi kepekatan warna mulai dari penintaan yang paling tebal hingga yang tipis; berikan nomor urut pada kotak-kotak warna dan ukurlah nilai density selagi tinta cetak masih basah, setelah tinta kering (idealnya 24 jam) barulah mengukur warna.
Setelah tercatan dan membuang beberapa nilai density yang mirip (agar tidak terlalu panjang), terlihat daftar seperti dibawah ini:



Pengukuran Density Tinta Optimal

Percetakan ..................................

Form dipersiapkan oleh ATGMI










Reference





Warna
CIE_L*
CIE_a*
CIE_b*





Process Cyan
54,00
-36,00
-49,00
(Black backing)











No
Pengukuran
Perhitungan

Density
Warna (kering)






CIE_L*
CIE_a*
CIE_b*
ΔCIE_L*
ΔCIE_a*
ΔCIE_b*
ΔE(ab)
1
1,18
60,71
-34,37
-43,71
6,71
-1,63
-5,29
8,70
2
1,23
59,16
-34,71
-44,13
5,16
-1,29
-4,87
7,21
3
1,28
58,36
-34,94
-44,94
4,36
-1,06
-4,06
6,05
4
1,31
57,12
-35,02
-45,90
3,12
-0,98
-3,10
4,51
5
1,37
56,21
-35,15
-47,30
2,21
-0,85
-1,70
2,91
6
1,41
55,94
-35,35
-47,76
1,94
-0,65
-1,24
2,39
7
1,44
55,62
-35,57
-48,46
1,62
-0,43
-0,54
1,76
8
1,46
55,46
-35,82
-48,49
1,46
-0,18
-0,51
1,56
9
1,49
55,13
-35,42
-49,37
1,13
-0,58
0,37
1,32
10
1,54
54,47
-35,33
-50,22
0,47
-0,67
1,22
1,47
11
1,57
53,61
-35,25
-50,51
-0,39
-0,75
1,51
1,73
12
1,62
53,10
-35,16
-50,82
-0,90
-0,84
1,82
2,20
13
1,65
51,57
-35,07
-50,99
-2,43
-0,93
1,99
3,28
14
1,71
49,47
-34,52
-51,25
-4,53
-1,48
2,25
5,27
15
1,75
48,11
-34,28
-51,86
-5,89
-1,72
2,86
6,77
16
1,79
46,51
-32,79
-53,01
-7,49
-3,21
4,01
9,08
17
1,82
45,19
-31,28
-54,71
-8,81
-4,72
5,71
11,51
18
1,85
45,96
-31,27
-54,86
-8,04
-4,73
5,86
11,02
19
1,91
44,23
-31,26
-54,95
-9,77
-4,74
5,95
12,38



Kurva hubungan antara kepekatan tinta (basah) dengan warna reproduksi (kering)

Melihat percobaan yang telah dilakukan ternyata density optimal adalah Doptimal = 1,49 dan pencetakan dengan nilai density mulai dari 1,31 sampai dengan 1,65 masih diperoleh warna yang masih dalam toleransi ISO 12647-2; padahal kepekatan tinta sesuai dengan anjuran dari pabrik tinta sebelumnya adalah Dstandar = 1,40 ± 0,05.

Dengan demikian kami mengajurkan operator mencetak dengan Doptimal


Catatan:

Summary
Many printers face difficulty for achieving the aimed calor as described in ISO 12647-2 although they have already printed with the standard density.
This article gives the printers understanding the difference between standard and optimum density and explaining how the optimum density defined.


5 komentar:

  1. Terima kasih atas beberapa koreksi yang telah disampaikan;
    apabila ada koreksi silakan tuliskan ke hermanpratomo@live.com

    BalasHapus
  2. Siang Pak, Saya lihat tabel percobaan delta E paling kecil pada density 1.49, sedangkan Doptimal pada paragraf di bawah tabel 1.59. Apa kesalahan ketik, atau saya salah menterjemahkan ya... Salam PSO

    BalasHapus
  3. Dear p. Dar,
    terima kasih, saya sudah koreksi

    BalasHapus
  4. terima kasih..
    sangat membantu dalam menyelesaikan tugas akhir saya!

    BalasHapus
  5. terima kasih sangat membantu tugas presentasi saya :)

    BalasHapus